Selasa, 18 Januari 2011

Waktu Lebih Efisien



Oleh Yuliana Sri Marti
Dimuat di Harian Pontianak Post, Selasa, 11 Januari 2011

SEJAK program konversi dari minyak tanah ke elpiji 3 kilogram, saya dan keluarga mulai menggunakannya. Harus diakui, tidak mudah mengubah kebiasaan dari semula menggunakan kompor minyak tanah ke gas elpiji. Tapi mau bagaimana lagi, seiring program konversi ini diberlakukan, minyak tanah pun mulai sulit diperoleh. Kalaupun ada, harganya sangat mahal, sekitar Rp 8.500 per liter. Bandingkan dengan harga sebelumnya yang hanya Rp 3.800 per liter.


Untuk keluarga kami, dalam sebulan setidaknya perlu rata-rata 5 liter minyak tanah dalam seminggu. Jika dikalikan sebulan, berarti 20 liter. Mari kita lihat harganya. Per liter minyak tanah Rp 8.500, maka dalam sebulan total Rp 170 ribu. Akhirnya peralihan dari minyak tanah ke elpiji memang harus dilakukan. Awalnya memang terasa agak ribet dan waswas. Maklum, saat itu pemberitaan tentang tabung gas yang meledak serta korban berjatuhan, cukup marak. Tentu saja hal itu ikut mempengaruhi saya dan keluarga.

Namun lama kelamaan, semuanya bisa berjalan wajar karena banyak penjelasan dan tips aman menggunakan elpiji. Bisa karena biasa, kata pepatah, dan itulah yang saya alami. Apalagi untuk aksesorisnya telah diimbau untuk menggunakan yang memiliki label Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan tugas saya sehari-hari sebagai guru sekaligus ibu rumah tangga, ternyata elpiji cukup berkonstribusi dalam hal efesiensi waktu. Memasak dan mempersiapkan makana bisa lebih cepat, sehingga semakin mudah memanajemen waktu antara urusan rumah dengan pekerjaan.

Saya coba hitung secara matematis, ternyata memang hemat. Satu tabung elpiji 3 kilogram seharga Rp 15 ribu, bisa dibeli di toko yang amat dekat dengan kediaman kami. Jika gas habis, cukup menghubungi toko dan bisa diantar sekaligus dipasangkan. Saya dan suami baru punya satu anak dan ada tiga keluarga lainnya yang masih bersekolah. Gas 3 kilogram itu cukup hemat untuk kebutuhan memasak kali sampai sekitar dua minggu. Bagi kami yang hidup dalam level ekonomi pas-pasan, biaya ini tidaklah memberatkan.

Bahkan bisa ditakakan cukup ringan. Secara matematis, dalam sebulan pelu dua tabung gas Rp 30 ribu, dan jika setahun Rp 360 ribu. Itu dari sisi ekonomi, dari sisi keuangan keluarga yang saya nilai cukup terjangkau.
Kemudian soal efisiensi, penggunaan elpiji banyak menghemat waktu. Memasak dengan energi elpiji jauh lebih cepat, tidak perlu berlama-lama. Dengan begitu, saya bisa berangkat kerja lebih awal, persiapan sarapan lebih cepat, dan banyak pekerjaan lain bisa ikut tertangani.

Elpiji juga membuat dapur menjadi lebih bersih. Tidak ada arang dan jelaga yang mengotori peralatan masak dan pakaian. Lebih mudah dan sedikit waktu saja untuk membersihkan peralatan itu. Terasa lebih bersih, rapi, dan praktis.
Sebelum menggunakan elpiji, terus terang saja, saya agak kerepotan soal kebersihan dapur. Bersandar sedikit saja, pokaian sudah terkena jelaga. Apalagi saya punya anak kecil yang kadang bermain didapur, tak jarang kaki, tangan, dan wajahnya ikut cemong. Kerepotan berikutnya, pakaian yang kotor harus dicuci ekstra, begitu juga tangan yang ikut terkena jelaga. Jika terkena minyak goring, jelaga makin melekat, semakin repot juga membersihkannya.

Tapi kini keluhan itu tak ada lagi. Segala peralatan relatif lebih bersih dan terjaga kerapiannya. Memasak dengan elpiji tidak menimbulkan arang dan jelaga. Kalaupun di wajan dan panci, arang itu tetap ada, tapi tidaklah terlalu repot membersihkannya. Jelaga yang muncul sedikit sekali, relatif tipis dan sangat mudah dibersihkan. Satu hal yang harus diingat yakni kejelian. Sekadar berbagi pengalaman, suatu siang saya mendengar suara gemuruh yang halus. Saya cermati benar-benar, ternyata berasal dari selang elpiji yang bocor. Saya segera melepas regulatornya, dan segera mengganti selang dengan yang baru. Dibalik efesiensi dan hemat anggaran, ketelitian dan kewaspadaan tetapi perlu, untuk menghindari musibah.

(Penulis adalah Pengamat Kebijakan Publik)

Link asli: http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=85660

0 komentar: