Sabtu, 25 Juni 2011

hari kenaikan kelas


Hari ini jam 07.30 wib, saya berangkat dari rumah kesekolah. Sampai di halam sekolah saya melihat kerumunan orang tua yang sedang menunggu jadwal masuk kelas guna menerima raport.
Sekolah tempat saya mengajar adalah sekolah kompleks, dari tingkat TK – SMA, semua tingkat hari ini serempak menerima rapot.

Saat saya semakin dekat dengan halaman sekolah saya melihat siswa-siswi SMA masih dalam barisan seperti upacara, mereka dikumpulkan untuk mendengar arahan dan  pengumuman yaang berhubungan dengan prestasi yang mereka peroleh sepanjang tahun ajaran 2010-2011.

Di barisan itu terbagi menjadi dua bariasan sebelah kanan dan sebelah kiri. Saya cukup heran kenapa barisannya dibagi menjadi dua? Setelah saya datangi dan bertanya pada mereka baru saya menyadari bahwa mereka adalah siswa-siswi yang terlambat datang.
Mereka dikumpulkan jadi satu dan diberi sangsi setelah selesai pengarahan mereka harus membuang sampah dihalaman sekolah.
Saya melanjutkan berbicang-bincang  dengan pak Iksan guru olahraga. Tidak sengaja  saya menoleh kebarisan siswa yang dihukum lalu siswa memanggil saya dan menagis. Saya datangin siswa tersebut dan saya ajak duduk kekantin dibelakang mereka berbaris.

Dia berbicara dan  mengukapkan perasaannya mengapa dia sampai sedih dan menagis. Dari hasil perbincangan dia mengatakan dirinya sedih karena dihukum membuang sampah hanya gara-gara pulang lagi kerumah untuk memberi tahu papanya bahwa jadwal menerima raportnya dimajukan.

Disitu saya memberi dia semangat dan membuat dia harus mau menerima sangsi tersebut. Tida apa-apa di hukum ini semua pelajaran buat kamu. Saya hanya bisa membesarkan hatinya...

Kamis, 23 Juni 2011

Sempat Tegang saat Rapat


Pada saat pertemuan guru-guru untuk membahas tentang kelulusan kelas XII di bulan mei 2011 yang lalu. Banyak perasaan yang muncul dan pikiran yang dijejali berbagai pertanyaan, “Apakah ada di antara 275 yang tidak lulus?”. 

Saya sebagai guru BK yang memahami  dinamika persoalan dan kemampuan siswa-siswi dalam belajar merasa khawatir dan sempat takut juga apa siswa-siswi  ini bisa lulus. Kekhawatiran semakin meningkat saat kepala sekolah membuka acara dan mulai menampilkan nilai yang siswa-siswi peroleh.